Bab 78
Bab 78 Telepon dari Sigit
Dua petugas polisi segera menghampiri Ardika dan ingin menangkapnya.
Ketika mendengar bahwa Ardika adalah pedagang manusia, mereka pun sangat tidak
menyukainya.
Mereka ingin memanfaatkan penangkapan ini untuk memberi pelajaran pada Ardika agar dia
tobat.
Jadi, mereka saling memandang untuk mengisyaratkan satu sama lain. Salah satu orang akan
menendang betis Ardika dan yang lainnya akan meninju perutnya.
Ardika dapat memahami maksud mereka dan cahaya dingin pun melintas di matanya.
Saat kedua petugas itu ingin menendang dan meninjunya, dia sedikit memutar tubuhnya.
Petugas yang ingin menendangnya malah mengenai kaki rekannya dan yang ingin memukulnya
juga menghantam wajah rekannya.
“Bruk! Dup!”
Terdengar suara hantaman pada saat yang bersamaan. Kedua petugas itu langsung tergeletak di
tanah.
“Kenapa kamu menendangku!”
“Kenapa kamu memukulku!”
Mereka mendongak dengan linglung dan saling menyalahkan.
“Dasar nggak berguna!”
Erwin mendengus dingin. Dia sudah berpengalaman dalam bidang ini, tentu saja dia dapat memahami maksud kedua bawahannya ini. Namun, dia tidak menyangka mereka akan salah
sasaran dan mempermalukan diri di depan begitu banyak orang.
Sungguh memalukan!
Dia melambaikan tangannya dengan marah. “Bawa dia masuk!”
“Pak Erwin, apa kamu yakin mau menangkapku?” tanya Ardika dengan nada dingin.
Erwin berkata dengan marah, “Bisa–bisanya seorang pedagang manusia begitu percaya diri. Tentu
saja harus menangkapmu!”
Ardika berkata, “Sudah kubilang aku bukan pedagang manusia.”
“Paman, Paman Ardika bukan pedagang manusia. Dia adalah orang baik, dia bahkan
1/3
membelikanku lolipop!”
Suara nyating Livy kembali terdengar, ini sudah ketiga kalinya dia membela Ardika
“Elsy, bisakah kamu menyuruh anakmu diam!”
Jiko menielototi Elsy dengan marah, lalu berkata pada Erwin, “Pak Erwin, orang ini membelikan Livy lolipop untuk menipunya. Ini adalah teknik umum yang digunakan pedagang manusial”
“Benal.”
Erwin mengangguk sambil menatap Ardika dengan galak. “Nggak ada gunanya menyangkal
“Aku mempunyai rekaman pengawas di mobilku yang bisa membuktikan bahwa akulah yang menyelamatkan Livy dari pedagang manusia.”
Ardika menunjuk mobil yang dia kendarai sambil menjelaskan dengan sabar.
/
Namun, di bawah tekanan Jiko, Erwin sama sekali tidak mendengarnya dan menyuruh petugas
untuk menangkapnya.
“Bagaimana bisa ketua sepertimu melindungi masyarakat dari kejahatan.”
Ardika sudah diam–diam menjatuhkan hukuman mati pada Erwin.
Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Jesika. “Telepon Sigit dan suruh dia datang ke cabang Distrik Palba sekarang juga untuk melihat bajingan yang dia bimbing. Aku akan menunggunya di sini!”
Sigit?
Bukankah itu atasan Erwin!
Erwin kaget.
Namun, Jiko malah mendengus dingin. “Pedagang manusia sepertimu sungguh pandai berakting. Kamu mengendarai Audi A4 yang bobrok, apa pantas mengenal Pak Sigit? Bahkan aku yang mengendarai BMW X6 pun nggak sesombong kamu!”
Jiko baru saja memperhatikan mobil Ardika ketika Ardika menunjuknya dan kini Jiko merasa dirinya lebih hebat dari Ardika.
“Benar, Pak Sigit adalah tangan kanan Pak Ridwan, siapa yang nggak mengenalnya!”
Erwin pun mengangguk sambil berkata dengan sombong. “Sekarang kejahatanmu bertambah. Kenapa masih diam, cepat tangkap dia. Apa kalian mau semua orang mentertawakan kita karena membebaskan pedagang manusia!” This is property © of NôvelDrama.Org.
Caranya berbicara membuat semua pejalan kaki yang menonton bertepuk tangan.
+15 BONUS
membelikanku lolipop!”
Suara nyaring Livy kembali terdengar, ini sudah ketiga kalinya dia membela Ardika.
“Elsy, bisakah kamu menyuruh anakmu diam!”
Jiko memelototi Elsy dengan marah, lalu berkata pada Erwin, “Pak Erwin, orang ini membelikan Livy lolipop untuk menipunya. Ini adalah teknik umum yang digunakan pedagang manusia!”
“Benar.”
Erwin mengangguk sambil menatap Ardika dengan galak. “Nggak ada gunanya menyangkal!”
“Aku mempunyai rekaman pengawas di mobilku yang bisa membuktikan bahwa akulah yang menyelamatkan Livy dari pedagang manusia.”
Ardika menunjuk mobil yang dia kendarai sambil menjelaskan dengan sabar.
1
Namun, di bawah tekanan Jiko, Erwin sama sekali tidak mendengarnya dan menyuruh petugas untuk menangkapnya.
“Bagaimana bisa ketua sepertimu melindungi masyarakat dari kejahatan.”
Ardika sudah diam–diam menjatuhkan hukuman mati pada Erwin.
Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Jesika. “Telepon Sigit dan suruh dia datang ke cabang Distrik Palba sekarang juga untuk melihat bajingan yang dia bimbing. Aku akan menunggunya di sini!”
Sigit?
Bukankah itu atasan Erwin!
Erwin kaget.
Namun, Jiko malah mendengus dingin. “Pedagang manusia sepertimu sungguh pandai berakting. Kamu mengendarai Audi A4 yang bobrok, apa pantas mengenal Pak Sigit? Bahkan aku yang mengendarai BMW X6 pun nggak sesombong kamu!”
Jiko baru saja memperhatikan mobil Ardika ketika Ardika menunjuknya dan kini Jiko merasa dirinya lebih hebat dari Ardika.
“Benar, Pak Sigit adalah tangan kanan Pak Ridwan, siapa yang nggak mengenalnya!”
Erwin pun mengangguk sambil berkata dengan sombong, “Sekarang kejahatanmu bertambah. Kenapa masih diam, cepat tangkap dia. Apa kalian mau semua orang mentertawakan kita karena membebaskan pedagang manusia!”
Caranya berbicara membuat semua pejalan kaki yang menonton bertepuk tangan.
“Benar sekali, Pak Erwin. Pedagang manusia nggak bermoral seperti ini harus dihukum!”
“Jatuhkan hukuman mati, sombong sekali dia!”
Erwin makin bangga setelah mendengar pujian dari orang–orang ini.
“Pak Erwin!”
Pada saat ini, seorang petugas polisi tiba–tiba bergegas ke kerumunan dan berlari ke hadapan
Erwin.
“Pak Sigit dari kantor pusat menyuruhmu segera menghubunginya!”
Recharge Promo: 1000 Bonus Free
GET