Bad 30
Bad 30
Bab 30
Tasya merapikan rambutnya yang acak-acakan, patci telapak tangan merah tampak jelas di wajahnya yang cantik. “Usir mereka!” kata Tasya pada Felly.
“Aku ibu tiri Tasya, dan aku punya urusan pribadi yang harus kuselesaikan dengannya,” Pingkan membentak.
“Aku tidak peduli kau siapa. Ini kantor, bukan halaman belakang rumahmu. Kalau kamu tidak mau pergi, aku akan memanggil polisi.” Felly tidak memperdulikan Pingkan.
Pingkan merasa dia tak bisa melibatkan polisi dalam masalah ini, jadi dia menarik putrinya dan berkata, “Ayo pergi, Elsa. Kita selesaikan ini nanti.”
Tasya menggigit bibir merahnya dan menghela napas lega saat melihat keduanya pergi. Adapun orang-orang di kantor, kebanyakan dari mereka memperhatikan Tasya dalam pandangan baru. Meskipun tubuhnya ramping, dia benar-benar bisa melawan keduanya.
“Ada apa denganmu, Tasya? Kok bisa orang-orang sering sekali mengganggumu?” Felly dan Tasya sama-sama jengkel dengan kejadian baru-baru ini, dan Tasya berjanji kepada atasannya. “Aku akan berusaha keras untuk tidak membawa masalah pribadi ke kantor.”
Tasya kembali ke ruangannya, dan dia hendak mengikat rambutnya saat teleponnya berdering. Dia mengulurkan tangan dan mengangkatnya. “Halo.” This is from NôvelDrama.Org.
“Bertengkar lagi?” Suara seorang pria yang dalam dan kesal terdengar dari telepon.
Tasya terdiam. Bagaimana berita ini sampai padanya begitu cepat? Tetapi kemudian dia ingat bahwa ada banyak tukang gosip di kantor ini.
“Kabar baik. Aku menang,” jawab Tasya genit.
“Dan kamu masih berani membual. Kamu itu seorang ibu sekarang tidak seharusnya berkelahi sepanjang waktu,” kata Elan putus asa.
Tasya menyeringai, tetapi gerakan itu memengaruhi luka di wajahnya, menyebabkannya mendesis. “Aku akan menutup telepon sekarang. Wajahku sakit.”
Segera dia mengakhiri telepon itu. Tak lama kemudian, Roy tiba di ruangan Tasya, membawakan es batu untuknya. “Pak Elan memintaku membawa ini. Tolong lebih berhati-hati lain kali, Nona Tasya.”
Tasya menatap Roy tapi tetap menerima bungkusan es itu. “Terima kasih, Roy.”
“Kamu harus berterima kasih kepada Pak Elan. Roy tersenyum kecil sebelum pergi.
Tasya mengompres wajahnya dengan es, dan rasa sakitnya inereda saat dia menyadari bahwa kontrak itu masih ada padanya. Dia menghela napas, karena dia tak percaya bahwa ayahnya benar-benar membelikannya sebuah rumah. Karena itu, dia mengambil ponselnya dan menelepon ayahnya.
“Ada apa. Tasya?”
“Pa, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu membelikagku rumah?
“Kok kamu tahu?”
“Pingkan sendiri yang membawa kontrak itu ke kantorku. Pa, tolong jangan lakukan ini lain kali, takutnya dia marah lagi.” Tasya tetap menasihati ayahnya.
“Aku merasa bersalah selama lima tahun terakhir, jadi ini kompensasiku padamu. Kamu bisa pindah bulan depan.”
“Terima kasih, Pa.”
“Aku juga mau memberimu dan Jodi rumah tetap,” kata Frans.
Di ruangan presiden, Roy mengambil rekaman CCTV di kantor utama dan memutarnya untuk Elan. Dia menatap gadis yang muncul di layar, dan saat dia mendengar kata-katanya, alisnya berkerut dalam.
Tasya wanita simpanan, dan anaknya itu anak haram? Dia bahkan menjajakan dirinya di kelab lima tahun lalu? Apa?
Dalam rekaman itu, Tasya menyerbu dengan marah dan menampar Elsa. Kemudian, dia menjambak rambut Elsa dan menjepitnya ke lantai. Segera setelah itu, seorang wanita lainnya bergegas dan menjambak rambut Tasya dan menamparnya. Lalu Tasya menampar gadis itu ke lantai beberapa kali lagi sebelum Felly muncul dan membereskan kejadian itu.
Dia harus mengakui bahwa wanita ini pejuang yang tangguh.
“Bisakah kamu mencari tahu siapa ayah dari putra Tasya?” Elan meminta Roy.
“Orang-orang kita di luar negeri hanya dapat menemukan informasi tentang rumah sakit tempat Nona Tasya melahirkan putranya. Tak ada info tentang ayah anak itu,” lapor Roy.
Tatapan Elan menjadi suram. Mungkinkah wanita ini benar-benar simpanan seseorang, dan dia telah melarikan diri ke luar negeri untuk melahirkan seorang anak yang harus dia besarkan sendiri?
Dan juga hal tentang dirinya yang menjual diri di kelab lima tahun lalu? Apakah dia sangat membutuhkan wang?