Bab 660
Bab 660 Bar Milia
Justru karena takut Liander akan mengusirnya kalau sampai ketahuan.
Itulah sebabnya Luna melemparkan semua kesalahan kepada Wulan.
Melakukan kejahatan tanpa terlibat di dalamnya.
Sekarang semua orang tahu Luna adalah korban kasus pelecehan.
Akan tetapi, tidak ada yang bersimpati padanya.
Karena semua ini salahnya sendiri.
“Ah, mereka kejam sekali!”
Jacky sangat marah hingga muntah darah lagi dan jatuh dari kursi roda.
Rasa sakit akibat patah kakinya membuatnya berguling–guling di lantai.
Akan tetapi, rasa sakit fisik tidak terlalu menyiksa dibandingkan rasa sakit batin.
Desi sangat marah hingga pingsan dan semua orang langsung membawanya ke kamar untuk tidur sebentar.
Sampai bercucuran keringat.
Saat ini Luna menerima telepon lagi dari Nikita.
“Nona Luna, sudah lihat pernyataan yang dikeluarkan oleh Keluarga Basagita? Sekarang sejumlah besar eksekutif senior dan karyawan Grup Hatari mengajukan pengunduran diri!”
Pernyataan Keluarga Basagita menimbulkan keributan di kota.
Grup Hatari juga mengalami gejolak besar.
Saat tiga keluarga besar runtuh sebelumnya, Grup Hatari belum pernah mengalami kekacauan seperti ini.
Dengan berlinang air mata, Luna masih harus menguatkan dirinya dan berkata, “Kak Nikita, maafkan aku. Akulah yang telah merepotkan kalian.‘
“Tolong tenangkan semuanya untuk saat ini. Aku akan segera pergi ke Grup Hatari dan menjelaskannya kepada semua orang secara langsung sebelum menjelaskannya kepada Tuan Muda Liander ….”
Luna merasa sangat bersalah.
Keluarga Septio sangat memercayainya sehingga mengangkatnya menjadi presdir Grup
Hatari.
Dia telah mengkhianati kepercayaan ini.
Saat ini Ardika mengambil ponsel dari tangannya, “Nikita, biarkan mereka yang mengundurkan diri dan pergi!”
“Mereka yang percaya pada rumor itu adalah sekumpulan idiot yang otaknya bermasalah, nggak masalah berapa pun yang mau pergi. Mereka cuma memberi ruang bagi mereka yang pintar!”
Luna terkejut, “Ardika, jangan bicara omong kosong!”
“Oke, aku mengerti.”
Tidak disangka, Nikita di seberang telepon langsung setuju.
Dibandingkan dengan Grup Hatari, situasi Grup Perfe jauh lebih baik.
Jumlah orang yang mengundurkan diri setelah mendengar rumor tersebut bisa dihitung dengan satu tangan.
Pada dasarnya karyawan Grup Perfe adalah bawahan dari Perusahaan Basagita.
Mereka memiliki pengalaman serupa dan telah memetik pelajaran.
Akan tetapi, Ardika tidak berniat duduk diam saja.
Karena rumor dari dunia luar menjadi semakin keterlaluan, semakin banyak pesan yang
dikirim ke ponsel Luna.
Luna tidak lagi berani membaca pesan.
Pada akhirnya, dia pun mematikan ponselnya.
“Keluarga Basagita, kali ini kalian benar–benar cari mati!”
1
Kedua mata Ardika berkilat dingin.
Dia belum pernah begitu marah.
Ardika langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Liander, “Cari ketiga preman itu untukku!”
Tidak lama kemudian, Ardika keluar.
“Kak Ardika.”
Pintu masuk Kompleks Vila Bumantara.
Liander melihat Ardika keluar dan segera membuka pintu mobil
Setelah Ardika duduk di kursi belakang, dia membuka pintu penumpang dan masuk.
“Kak Ardika, bagaimana kalau aku langsung mengutus seseorang pergi ke rumah Keluarga Basagita untuk suruh mereka maju dan melakukan klarifikasi sebelum menghancurkan mereka!?”
Liander berkata dengan kejam. This content © 2024 NôvelDrama.Org.
Setelah mengetahui ada rumor Luna telah menjadi kekasih gelapnya, Liander langsung ketakutan setengah mati.
Dia buru–buru datang sendiri untuk memberi penjelasan.
Ardika berkata dengan tenang, “Pakai otakmu saat melakukan sesuatu. Kalau kamu melakukan ini, kamu cuma akan menjadi bahan cemoohan orang. Beberapa orang akan bilang kamu mengancam Keluarga Basagita dan memaksa mereka melakukan ini.”
“Oke, kalau begitu aku akan mendengarkanmu, Kak Ardika!”
Liander langsung tutup mulut.
“Di mana ketiga preman itu?”
Ardika bertanya.
Liander berkata, “Bar Milia.”
Bar Milia.
Ini adalah bar kelas atas di Kota Banyuli.
Setiap malam mobil–mobil mewah berkumpul di sini.
Konon pemiliknya adalah bos besar.
Di bilik sebelah lantai dansa.
Sekelompok preman sedang minum.
Diantaranya ada tiga preman yang menjadi pusat perhatian.
“Kak Indro, Kak Ujang, Kak Yanda, cepat beri tahu kami bagaimana si Luna itu?”