Bab 650
Bab 650 Menculik Orang
“Berhenti!”
Melihat sekelompok anggota tim pertempuran menarik Pak Farlin, mereka hendak membawanya pergi tanpa berpikir panjang.
Semua orang di Keluarga Mahasura terkejut dan marah, kemudian berteriak.
“Kalian dari unit mana!?”
“Berani sekali menculik Pak Farlin di siang bolong, kalian nggak menghormati Keluarga Mahasura?”
Perwira menoleh ke arah Abraham dan yang lainnya dengan tatapan dingin.
“Keluarga Mahasura? Keluarga apa itu?”
Dia bertanya dengan santai.
“Kalau berani menghina Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi, cari mati, ya!?”
Sekelompok anak muda dari Keluarga Mahasura sangat marah.
“Diam!”
Abraham ingin menghentikannya, tetapi sudah terlambat.
Wush! Wush! Wush!
Saat berikutnya.
Para pemuda Keluarga Mahasura yang baru saja berteriak–teriak terdiam.
Ini hari yang panas, tetapi seluruh tubuh terasa dingin.
Moncong lubang hitam sudah mengarah ke mereka.
“Cari mati? Siapa yang cari mati?”
Perwira bertanya dengan tenang.
Akan tetapi, semua orang ketakutan.
“Kami … kami yang cari mati. Maaf, para pemuda itu nggak mengerti dan berbicara sembarangan.”
Abraham adalah seorang tokoh terkemuka. Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!
Meskipun moncong pistol sudah dekat dan takut, dia tetap menenangkan diri.
Dia telah melibat am
dan mengetahui asal usul mereka.
Abraham berkata, “Kawan, Ferdi si wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan adalah teman lama yang punya hubungan baik denganku.”
“Oh, teman wakil kapten.”
Mendengar apa yang orang itu katakan, Abraham pun tertawa.
Tanpa diduga, perwira itu tiba–tiba mengubah topik pembicaraan, “Sore ini wakil kapten dihukum oleh Kapten Thomas untuk berdiri dalam sikap militer dan pingsan karena terik matahari. Aku sendiri yang
mengantarnya mengirimnya ke rumah sakit.”
Senyuman di wajah Abraham membeku.
Dia mengerti beberapa orang ini adalah pengawal Kapten Thomas.
“Aku juga kenal Kapten Thomas, juga pernah bertemu di pesta makan malam hari itu.”
Abraham tersenyum lagi dan berkata, “Kawan, kami menyewa pesawat untuk mengundang Pak Farlin datang ke sini agar beliau bisa merawat kaki putraku.”
“Kakinya patah. Kalau nggak dirawat tepat waktu, kakinya harus diamputasi.
“Jalan!”
Sebelum Abraham selesai berbicara, perwira tiba–tiba melambaikan tangannya.
Para bawahannya membawa Pák Farlin beserta beberapa muridnya masuk ke dalam mobil.
Senyuman Abraham kembali membeku.
Dia menegakkan kepalanya dengan marah dan menatap perwira itu.
Perwira sudah berjalan menuju mobil. Sebelum masuk ke mobil, dia berbalik dan berkata, ” Kapten Thomas nggak kenal kamu.”
Duar!
Pintu mobil dibanting hingga tertutup.
Iring–iringan mobil melaju langsung ke luar bandara.
“Keterlaluan. Kitalah yang mengundang Pak Farlin, tapi Thomas merampasnya begitu saja. Nggak tahu aturan!”
“Dia menghormati Keluarga Mahasura nggak!?”
Semua anggota Keluarga/Mahasura sangat marah hingga ingin muntah darah.
Setelah mengundang orang besar sebagai perantara dan menyewa pesawat sebelum akhirnya
berhasil membawa Pak Farlin.
Begitu turun dari pesawat, dia diculik di hadapan semua orang.
Reputasi Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi diinjak–injak tanpa ampun oleh mereka.
Iring -iringan mobil melaju keluar dari bandara dan menuju ke jalan raya.
Sebelum memasuki jalan raya, mereka telah berganti menjadi–armada dengan pelat nomor
sipil.
Pak Farlin juga dipindahkan ke mobil yang lebih nyaman.
“Kapten Thomas dari tim tempur Provinsi Denpapan? Bergaya sekali!”
“Kamu menculik seperti ini di siang hari bolong dan menunda perawatanku serta
penyelamatan orang. Apa kamu kira bisa melakukan apa pun yang kamu mau setelah menjadi Duta Perbatasan di usia muda?”
“Satu panggilan yang kubuat saja bisa membuat pantatmu dihajar habis–habisan!”
Di dalam mobil, Pak Farlin menunjuk seorang pemuda yang terus tersenyum dan memarahinya.
Pemuda itu adalah Thomas.
“Pak, tolong tenanglah. Marah–marah terus sangat berbahaya bagi kesehatanmu. Kalau kamu marah, yang rugi adalah negara. Kalau kamu masuk angin atau semacamnya, kamu harus mengurangi beberapa praktik operasi.