Bab 72
Bab 72 Memblokir Lokasi Konstruksi
Jinto mengungkapkan kebenaran dan tidak menyembunyikan fakta bahwa giginya dicabut.
Dia sama sekali tidak merasa malu soal giginya dicabut oleh Ardika, sebaliknya dia malah merasa
terhormat.
“Tuan Ardika? Siapa itu? Aku sungguh ingin bertemu dengan pria kejam ini!” Content protected by Nôv/el(D)rama.Org.
Romi tertarik.
Mengingat pengalamannya sendiri, Jinto pun berkata dengan tenang, “Romi, kalau kamu nggak ingin mati, jangan ganggu dia.”
Ekspresi Romi berubah muram, dia mendengus dengan kesal.
Dia hanya mengandalkan kata “kejam” untuk menguasai Kota Banyuli dan naik pangkat dengan
cepat.
Soal kekejaman, dia tidak takut dengan siapa pun.
“Tuan Jinto, kamu terlalu menghargai menantu Keluarga Basagita itu. Tuan Ardika apaan? Dia
hanyalah pria yang mengandalkan orang lain untuk berlagak hebat!”
Saat ini, Budi masuk bersama beberapa orang lainnya.
“Pak Budi, kamu kenal orang yang dipanggil Tuan Ardika itu?”
Setelah mendengar perkataan Jinto, Romi dan yang lainnya menjadi semangat.
Jinto mendengus dingin sambil berkata dengan sinis, “Bukan hanya kenal, tetapi putra Pak Budi
sudah dikebiri karena menyinggung istri Tuan Ardika!”
Mendengar Jinto membongkar hal ini, Budi sangat marah.
Dia berkata dengan nada dingin, “Waktu senang–senang Ardika akan segera berakhir, Keluarga
Mahasura sedang mengincarnya.”
“Semuanya, Keluarga Mahasura di ibu kota provinsi telah berjanji untuk memberiku dukungan
penuh dalam mendirikan Asosiasi Bahan Bangunan. Dengan begitu, kita bisa menghancurkan sandarannya, Grup Sentosa Jaya. Kalau kalian bersedia untuk bergabung, kelak kalian akan
menjadi dewan direksi di asosiasi. Kalau nggak bersedia, silakan pergi.”
Inilah alasan dia mengumpulkan semua orang hari ini.
Selain Jinto, semua kepala preman yang hadir bersedia untuk bergabung.
Siapa yang tidak ingin menyanjung Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi?
Semua orang memandang Jinto, tetapi dia tidak menunjukkan kesediaan.
“Hmph, Budi, cari mati kamu!”
Jinto tersenyum sinis, lalu bergegas pergi.
Dia tidak menyangka bahwa tujuan pertemuan hari ini berurusan dengan Ardika, kalau tidak, dia
tidak akan hadir.
“Dasar pengecut, begitu saja takut.”
Budi mendengus dingin dan mengabaikannya. Dia menatap semua orang sambil berkata,” Semuanya, selamat bergabung. Seperti yang kita ketahui, sebelumnya Grup Sentosa Jaya adalah Asosiasi Bahan Bangunan yang memonopoli pasar konstruksi Kota Banyuli.”
“Sekarang tugas kalian adalah mengunjungi semua lokasi konstruksi di Kota Banyuli, lalu memaksa mereka untuk berhenti menggunakan bahan bangunan dari Grup Sentosa Jaya dan gunakan barang kita. Dengan begitu, semua produk Grup Sentosa Jaya nggak akan terjual.”
“Salah satu alasan di balik hal ini adalah Keluarga Mahasura ingin memberi pelajaran pada
Ardika. Jadi, kita harus menyerang Grup Agung Makmur terlebih dahulu. Siapa di antara kalian
yang bersedia menjalani tugas ini?”
Dia memandang semua orang.
“Aku!”
Tanpa ragu–ragu, Romi langsung melangkah maju.
Dia ingin menunjukkan performa bagus agar dihargai oleh Keluarga Mahasura.
Budi mengangguk puas, lalu berbalik pergi.
Dengan adanya bantuan para preman ini, Grup Sentosa Jaya pasti akan hancur. Dia hendak
pulang untuk mempersiapkan rapat pendirian Asosiasi Bahan Bangunan.
Tanpa berbasa–basi, Romi langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon bawahannya,
Okin Marow.
Dia menyuruh Okin segera membawa anak buah pergi ke lokasi konstruksi Grup Agung Makmur.
Setelah menerima perintah tersebut, Okin memerintahkan lima puluh bawahan untuk bergegas
ke lokasi konstruksi Kompleks Prime Melati.
Para preman ini sudah terbiasa mengadang jalan dan membuat keributan.
Pertama–tama, mereka mencari beberapa mantan penghuni rumah yang akan dirobohkan di Kompleks Prime Melati, lalu menghabiskan uang untuk menyewa beberapa aktor beserta beberapa wartawan lokal.
+15 BONUS
Kini, tim kecil yang terdiri dari lima puluh orang berubah menjadi tim besar yang terdiri dari dua
ratusan orang.
“Grup Agung Makmur, pengembang nggak bermoral memotong kompensasi pembongkaran!”
“Memaksa warga setempat untuk menandatangani kontrak. Pengembang nggak bermoral ini
harus diadili!”
Lima puluh preman berbaur di antaranya. Mereka memegang spanduk dan menyerbu ke lokasi
konstruksi Kompleks Prime Melati dengan agresif. Dengan begitu, pintu gerbang pun terblokir dan truk pengangkut bahan baku tidak bisa keluar–masuk
Mereka terpaksa menghentikan proses pembangunan.
Ketika menerima laporan dari penanggung jawab proyek, Zico, Luna dan Ardika masih dalam perjalanan ke lokasi konstruksi.
“Bu Luna, para preman mengajak mantan penghuni rumah yang dirobohkan untuk membuat
keributan dan memblokir gerbang lokasi konstruksi. Sekarang, pembangunan terpaksa
dihentikan!” kata Zico dengan cemas.
Dia adalah tetua di industri ini dan ahli dalam profesinya. Namun, dia tidak berdaya ketika
menghadapi unjuk rasa yang begitu brutal di luar sana.
Luna tercengang.
Kompleks Prime Melati akan mulai dipasarkan. Saat ini, para preman bersekongkol dengan mantan penghuni daerah itu untuk membuat keributan. Kalau masalah ini tidak diselesaikan, pembangunan bukan hanya tertunda, bahkan rumahnya pun tidak dapat dijual!
“Oke, akan segera tiba di lokasi konstruksi. Tolong tenangkan para karyawan, jangan sampai
kedua belah pihak berkelahi….”
+15 BONUS
Bab 73 Pemerasan