Menantu Pahlawan Negara

Bab 51



Bab 51 Pesta Pindah Rumah 

Ternyata, ketika tadi pagi Ardika dan Luna pergi ke Grup Agung Makmur, Desi juga ikut keluar 

Kemarin, Desi bilang ingin mengadakan pesta pindah rumah untuk mengundang teman dan tetangga yang dulu untuk makan. 

Hari ini, dia keluar untuk mencari tempat. 

Dia tentu saja tidak berani pergi ke Restoran Gatotkaca. Desi pernah mendengar bahwa Hotel Puritama lumayan terkenal, jadi dia pergi ke sana. Ternyata, setelah ditanya, harga paling murah untuk satu meja mencapai 10 juta. 

Desi rencananya ingin memesan 20 meja. Kalau begitu, dia harus menghabiskan 200 juta 

Itu hanya biaya pemesanan, tidak termasuk biaya minuman. 

Selain itu, tamu undangannya kebanyakan para paruh baya dan yang sudah tua. Desi harus mengundang penyanyi untuk tampil dan meramaikan suasana. 

Dengan begitu, dia harus menghabiskan 400 juta. 

Desi tidak ingin menghabiskan uang sebanyak itu, dia pun bersiap untuk pergi mencari tempat lain 

Pada saat ini. Des 

kebetulan bertemu dengan rekan kerja di rumah sakit yang dulu. Rekan kerja 

itu dan keluarganya juga datang melihat hotel ini 

Anak dan menantu rekan kerja itu cukup mapan. Mereka ingin mengadakan acara ulang tahun. 

untuk rekan kerja Desi

Desi dan rekan kerjanya itu sempat berselisih. Ketika mendapatkan kesempatan, dia terus 

menyindir Desi. Dia bilang kalau Desi berlagak kaya. 

Ketika pulang ke rumah, suasana hati Desi menjadi buruk. 

Ketika Luna memberi tahu kabar baik, Desi pun akhirnya tersenyum. 

“Ayo makan saja. Dia akan baikan setelah beberapa hari, aku sudah terbiasa selama beberapa 

tahun ini.” 

Meskipun merasa sedih, Jacky yang duduk di kursi roda tidak bisa melakukan apa pun. 

Luna tentu saja tidak nafsu makan lagi. 

Dia meletakkan alat makannya, kemudian berjalan ke arah kamar. 

“Kenapa kalian masuk? Jangan ganggu aku tidur.” 

1.1 

Desi sedang berbaring dengan kesal di atas ranjang. Melihat anak dan menantunya masuk, dia pun menunjukkan ekspresi masam. 

“Bu, kenapa kamu marah? Anak dan menantumu ini lebih hebat dari rekanmu itu. Lihat saja, aku sudah jadi wakil manajer umum, Ardika juga membelikan perabot seharga puluhan miliar untuk 

rumah ini.” 

Luna memeluk Desi sambil tersenyum. 

Desi pun dibuat tertawa olehnya, dia juga mencubit pipi Luna. 

Luna tiba–tiba mengeluarkan satu kartu bank, lalu diberikan kepada ibunya sambil berkata, “Bu, ini adalah hasil tabunganku dari masa kuliah sampai sekarang, sekitar 400 juta lebih. Kamu pakai saja untuk memesan tempat di Hotel Puritama.” 

“Aku mengadakan pesta pindah rumah untuk pamer, jadi nggak boleh menggunakan uangmu. Kita cari restoran kecil saja, orang tuamu ini masih punya sedikit tabungan.” 

Desi yang merasa tidak enak segera mengembalikan kartunya. 

“Bu, baguslah kalau kamu bisa berpikir seperti itu ” 

Luna berkata, “Tapi, kita tetap harus mengadakan pesta pindah rumah di Hotel Puritama. Biar 

rekan ibu itu tahu, kalau anak dan menantu ibu juga hebat. Biar mereka merasa malu.” 

Ibunya dipermalukan, jadi Luna tidak mungkin diam saja 

“Aduh, apanya merasa malu? Mereka membayar satu meja 20 juta. Meskipun kita memesan satu 

meja 10 juta, tetap saja mempermalukan diri sendiri.” 

Desi melambaikan tangannya dan berkata, “Sudahlah, nggak usah ungkit lagi.” Please check at N/ôvel(D)rama.Org.

Luna tiba–tiba merasa kecewa. 

Uangnya hanya cukup memesan meja seharga 10 juta 

“Bu, kalau mereka pesan satu meja 20 juta, kita pesan yang 40 juta saja,” ucap Ardika. 

Desi memelototinya dan berkata, “Bicara apa kamu? Memangnya kita punya uang sebanyak itu?” 

Ardika berkata, “Aku kebetulan kenal dengan bosnya Hotel Puritama, dia juga memiliki utang 

budi denganku. Aku akan menyuruhnya untuk memberikan diskon menjadi 10 juta per meja.” 

“Nggak usah membual. Memangnya utang budi sebesar apa? Mana mungkin memberikan diskon 

40 juta menjadi 10 juta. Yang ada kita malah dihajar.” 

Desi dan Luna langsung memelototinya. Mereka merasa hal ini tidak masuk akal

Ardika memang sedang membual, karena dia tidak kenal dengan bosnya Hotel Puritama. 

Hamun, slapa suruh Ardika punya uang. Dia bisa menyelesaikan masalah ini dengan satu panggilan telepon. 

Dia hanya perlu membual dulu, agar ibu mertua dan istrinya senang Setelah itu, Ardika akan 

menyelesaikannya. 

“Serius, aku akan meneleponnya sekarang 

Setelah keluar dari kamar, Ardika menelepon Jesika untuk memesan ruangan pesta besar di Hotel Puritama seharga 40 juta per meja

Tak lama kemudian, Ardika kembali berjalan masuk 

“Temanku sudah setuju.” 

Hanya perlu satu panggilan telepon? 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.