Bab 39
Bab 39 Ada Aku
“Minggir!”
Ardika tidak punya waktu untuk berdebat dengan wanita ini. Ardika langsung menamparnya, lalu
masuk ke dalam lift.
Bam!
Setelah ditendang beberapa kali, pintu kaca kamar mandi langsung pecah.
Luna menabrak dinding di belakang dan kesakitan.
“Kalau nggak mau mandi, nggak usah. Ayo naik ke atas ranjang.”
Tony berjalan masuk, lalu menarik pergelangan tangan Luna dan menyeretnya keluar.
“Tony, cepat lepaskan aku. Kamu sudah melanggar hukum.”
Luna terus memberontak, tetapi tenaganya tentu saja kalah dari seorang pria.
Dalam sekejap, Luna sudah ditarik keluar.
“Melanggar hukum? Aku adalah hukum.”
Tony melemparkan Luna ke atas ranjang, kemudian mengeluarkan satu kotak pil biru. Tony lalu
makan satu butir sendiri.
Selama bertahun–tahun, Tony suka mabuk–mabukan sehingga tubuhnya rusak.
Hari ini, Tony akhirnya bisa mewujudkan mimpi untuk meniduri Luna yang sudah dia dambakan
selama ini, tentu saja dia sudah menyiapkan diri.
Kemudian, Tony mulai membuka bajunya sendiri.
Dia menatap Luna dengan tatapan berapi–api.
Pada saat ini, rambut Luna tampak berantakan dan wajahnya yang cantik juga terlihat ketakutan.
Ekspresi putus asa dan tak berdaya membuat Tony makin bersemangat.
“Aku dengar sejak menikah dengan Ardika, kalian belum pernah bercinta, ya? Jangan–jangan
kamu sengaja menyiapkan untukku? Hehe….”
Entah kenapa, ketika Tony menyebut nama Ardika, Luna yang sudah putus asa kembali
mendapatkan harapan.
Luna berkata dengan marah, “Tony, kalau sampai Ardika tahu, dia nggak akan melepaskanmu.”
“Hehe, si pecundang itu? Kalau dia bisa menemukan tempat ini, baru kita bicarakan.”
+15 BONUS
Setelah menimpa Luna, Tony langsung menekan dagu Luna dan ingin memasukkan obat ke dalam mulutnya.
Dia ingin Luna ikut bersemangat dan berapi–api.
“Uhuk uhuk Lepaskan aku, lepaskan aku….”
Luna terus memberontak.
Bam!
Pada saat ini, pintu kamar tiba–tiba ditendang hingga terbuka.
Tony yang kaget pun berteriak, kemudian langsung turun dari ranjang.
Ketika menoleh ke arah pintu, dia menyadari kehadiran Ardika.
Pada saat ini, Ardika memancarkan aura yang ganas. Seperti iblis yang keluar dari neraka.
Kedua pupil mata Tony menyipit, dia berkata dengan ketakutan, “Ardika, kenapa kamu bisa menemukan tempat ini?”
Dia tidak menyangka Ardika bisa menemukan tempat ini dalam waktu singkat.
“Ardika, tolong aku ….”
Melihat Ardika yang datang seperti seorang juru selamat, Luna langsung menangis.
Ternyata, tanpa disadari, Luna sudah menganggap Ardika sebagai pelindungnya.
Melihat kehadiran Ardika, Luna pun merasa tenang.
“Tenang, ada aku di sini.”
Melihat istrinya menangis seperti ini, Ardika merasa sakit hati. Dia pun memeluk Luna,
kemudian menepuk punggungnya dengan lembut.
Setelah itu, dia menekan leher bagian belakang Luna dengan pelan dan membuat Luna tertidur.
Adegan selanjutnya akan sangat menyeramkan. Ardika tidak ingin Luna melihatnya.
Ardika meletakkan Luna, kemudian melihat ke arah Tony dengan ekspresi datar.
Tidak ada amarah di dalam matanya, hanya ada aura dingin yang terpancar. Kondisi Ardika saat
ini sangat menyeramkan.
Tony tentu saja ketakutan.
Melihat Ardika berjalan ke arahnya, Tony terus berteriak, “Ardika, apa yang ingin kamu lakukan? Jangan lupa kalau aku adalah anggota Keluarga Susanto. Kalau kamu berani menyentuhku, kamu
dan keluarga istrimu pasti akan mati.”
2/3
FIG BONUS
“Membunuhmu? Itu masih terlalu baik”
Ketika Ardika menariknya, Tony juga berusaha melepaskan diri dari tangan Ardika
Ardika pun menangkap ibu jarinya, kemudian dipatahkan.
“Ah.”
Tony menjerit dengan keras. Rasa sakit karena patah jari tentu saja sulit ditahan.
Ardika tidak berhenti.
Dia menahan jari–jari Tony, kemudian dipatahkan satu per satu.
Tony terus menjerit dan tampak sangat kesakitan.
Pada saat ini, Jesika sudah datang
Di belakangnya ada Kapolda Sigit dan yang lain. Jenny juga ditangkap oleh mereka.
Melihat kondisi Tony yang terluka parah, mereka pun terkejut.
Jenny langsung berteriak, “Pak Sigit, coba lihat. Ardika si gila itu sedang menyiksa Tuan Muda Tony, cepat tangkap dia!” All content © N/.ôvel/Dr/ama.Org.
Sigit juga merasa tidak pantas, dia lalu berkata, “Tuan Ardika, biarkan kami membawa pulang
tersangkanya. Ini sudah termasuk main hakim sendiri.”
“Jadi, kamu mau tangkap aku?”
Sambil menoleh ke arah Sigit, Ardika mengangkat kakinya, lalu menginjaknya dengan keras.
Lutut Tony langsung hancur!