Bab 6
Bab 6
Samara dan kedua orang itu berjalan menuju lantai delapan gedung Unit Kejahatan Berat. Lantai delapan digunakan oleh ahli dan tim forensik, lampu pijar berwarna putih yang menyilaukan mata, dan mungkin karena jaraknya yang dekat dengan kamar mayat, udara di lantai ini jauh lebih dingin daripada lantai lainnya. Samara juga tidak terlalu menikmati suasana kantor barunya, dia langsung mensterilkan diri dan bersiap memasuki ruang autopsi dengan dua asistennya. Saat dia berbalik, dia menemui Jane yang masih menatap keluar jendela kearah mobil Bentley yang masih belum beranjak pergi. “Masih memikirkan Asta?” Isi hati Jane seolah dibaca oleh wanita itu dan dia langsung menyangkalnya : “Ti, tidak…bicara sembarangan.” “Saya bicara sembarangan atau tidak kamu lah yang paling tahu.” Samara menatapnya dengan dingin : “Saya tidak peduli dengan kehidupan pribadi bawahanku, tapi kalau permasalahan pribadimu sampai mempengaruhi pekerjaanmu, maka saya akan menyuruhmu untuk mengemasi barang-barangmu dan pergi dari sini, saya tidak peduli walaupun kakekmu adalah Perwira Tinggi di Unit Kejahatan Berat.” Jane mengigit bibirnya, dia merasa tidak puas dalam hatinya namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sebelum Samara resmi ditugaskan, kakeknya sudah berpesan kepadanya untuk menahan emosinya dan belajar dengan serius dari ahli forensik. Dan apabila ahli forensik memberikannya nilai D pada penilaian akhir tahun, maka kakeknya juga tidak akan membantunya dan memecatnya sesuai dengan peraturan. Jane juga takut kalau Samara akan benar-benar melaporkannya kepada kakeknya, lalu mulai menghilangkan pikirannya tentang Asta dan mulai bekerja dengan serius. Dalam ruangan bedah, lampu bedah hijau menyinari meja bedah, dan menetralisir warna darah yang menyilaukan. Samara mulai menyusun potongan- potongan mayat itu diatas meja bedah dan setelah bagian-bagian itu tersusun, dia mulai menjahitnya. Gerakannya terlihat terampil dan profesional, benang bedah bergerak dengan lancar di tangannya, membuat Lucas dan Jane yang melihatnya juga tercengang. Meskipun mereka sudah tahu kalau Samara yang sudah menjabat sebagai ahli forensik khusus pasti memiliki kemampuan yang luar biasa, tapi mereka tidak menyangka profesionalitas Samara akan mencapai titik seperti ini! Ck ck, wanita ini….. Lantas apakah dia tidak merasa jijik kepada mayat yang sudah membusuk itu? Setelah potongan-potongan tubuh mayat itu selesai disatukan, mereka harus memeriksa jaringan DNA yang sudah rusak, dan mereka bertiga kembali menyibukkan diri. …… Malam harinya, di kediaman
Keluarga Costan。 Samantha yang sudah menyelesaikan jadwal syutingnya, bergegas mampir ke kediaman Keluarga Costan. Samantha menggunakan alasan hendak menjenguk kedua anak kembarnya untuk mengunjungi kediaman Keluarga Costan, namun alasan sebenarnya bukanlah kerinduannya terhadap kedua anaknya, melainkan terhadap Asta. Lima tahun lalu, dia mengira dia bisa memperalat kedua anak itu dan menjadi istri dari Tuan Muda Keluarga Costan, tapi Asta hanya ingin menerima kedua anaknya, dan tidak berniat menerima ‘ibu kandung’ dari kedua anak ini. Orang luar sama sekali tidak tahu kalau Samantha adalah ibu dari kedua cucu Keluarga Costan. Begitu juga dengan Keluarga Costan, mereka semua hanya menganggapnya sebagai ibu dari kedua anak ini, dan tidak ada yang memperlakukannya sebagai Nyonya dari Keluarga Costan. Selama beberapa tahun ini, Samantha juga terus menahan dirinya, dan terus berpura-pura baik kepada anak yang dilahirkan oleh Samara, karena dia berpikir dengan memanfaatkan Oliver dan Olivia, suatu hari nanti dia akan bisa menikah dengan Asta. Tapi, lima tahun berlalu begitu saja, dan dia masih belum menjadi Nyonya dari Keluarga Costan. “Nona Samantha, Anda sudah datang ya.” Michael menyapa dan memimpin jalan untuk Samantha. “Pak Michael, apakah Asta sudah pulang?” “Tuan Muda Asta belum pulang, tapi Tuan Kecil dan Nona Kecil ada dirumah.” Michael menganggap Samantha sebagai ibu kandung dari kedua cucu Keluarga Costan dan memperlakukannya dengan hormat : “Anda juga sudah lama tidak bertemu dengan mereka kan?” Samantha yang mendengar bahwa Asta tidak dirumah dan hanya ada kedua anak kembar itu seketika merasa pusing. Karena anak kembar itu bukanlah anak kandungnya, dan tidak akrab dengannya serta selalu mengali lubang untuk mempersulitnya. Saat Asta dirumah suasana akan sedikit lebih baik, tapi saat Asta tidak ada, kedua anak itu bahkan tidak bisa berkomunikasi dengannya dan selalu mengabaikannya. Dia sangat ingin main tangan dan memberi pelajaran kepada dua anak itu, tapi bagaimanapun mereka adalah kesayangan Asta. Dia takut kalau dia benar-benar menampar mereka, Asta tidak akan membiarkannya muncul lagi di Keluarga Costan. “Nona Samantha….” “Hm?” Samantha tersadar dan segera tersenyum : “Pak Michael, sebenarnya tadi saya merasa bersalah, merasa bersalah karena sebagai ibu mereka saya tidak bisa menemani mereka setiap saat. Meskipun saya juga sangat rindu pada mereka, tapi….saya tidak punya hak untuk tinggal disini.” Samantha yang merupakan seorang aktris tentu tidak sulit baginya untuk berakting seperti ini.
Pak Michael mengira kalau Samantha benar-benar merasa bersalah, dan menghiburnya : “Nona Samantha, jangan terlalu dipikirkan, sekarang saya akan membawamu menemui mereka.” “Maaf merepotkan Pak Michael ya.” Samantha mengikuti Pak Michael menuju lantai dua dan Pak Michael mengetuk pintu kamar Oliver dan Olivia. “Tuan Kecil, Nona Kecil, tolong buka pintunya, ibu kalian datang untuk menjenguk kalian.” Samantha mengira kalau kedua anak itu akan mengabaikannya seperti sebelumnya, tapi siapa yang menyangka sebuah suara anak-anak yang jernih terdengar dari dalam. “Kakek Michael, biarkan dia masuk sendirian, saya dan Olivia ingin menghabiskan waktu bersamanya.” Pak Michael yang mendengar itu merasa lega : “Nona Samantha, lihatlah, memang naluri ibu dan anak itu ada, bukan hanya kamu yang merindukan mereka, mereka juga merindukanmu.” Samantha tersenyum pahit, tapi didalam hatinya dia tiba-tiba merasakan firasat buruk.Content from NôvelDr(a)ma.Org.