Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 152



Bab 152

Bab 152

Oliver menaikkan alisnya, dan wajahnya terlihat tidak senang : “Kenapa wanita ini datang lagi?”

Mata besar Olivia berkilat, dan berkata dengan terbata–bata : “Sebal...

sebal....”

Dua anak itu berjalan dengan cepat kearah yang berlawanan dengan Samantha

Senyuman di wajah Samantha membeku, dan dia menyusul langkah mereka dengan cepat : “Oliver Olivia, kenapa kalian berlari? Apa kamu

tidak mendengar saya memanggil kalian? Atau kalian sengaja menghindar walau mendengarnya?”

Setiap kali dia selalu merendahkan dirinya dan berusaha menyenangkan kedua anak itu.

Namun mereka tidak pernah menganggap keberadaannya, dan selalu menantang batas kesabarannya!

“Berhenti!” Samantha berhasil menyusul ke hadapan dua anak itu, lalu memperingatkan mereka, “Saya adalah ibu kalian! Mana ada anak seperti kalian yang menghindar saat bertemu ibunya!”

“Kamu bukan ibu kami!” Wajah tembem Oliver terlihat sangat dingin, dan sangat tegas.

“Saya bukan?” Samantha menarik nafas dan mencibir, “Apa ayah kalian tidak memberitahukan kepada kalian kalau kalian itu keluar dari rahimku?”

Mendengar itu Oliver dan Olivia menggertakkan gigi mereka dengan erat. Material © NôvelDrama.Org.

Mereka tidak percaya dengan perkataan Samantha, tapi mereka tidak bisa tidak percaya pada perkataan Ayah mereka.

“Lalu mau bagaimana?” Oliver mengepalkan tangannya dengan erat, mengangkat dagunya, “Ayah saja tidak mengizinkan kamu tinggal bersama dengan kami! Kamu ingin saya dan adik memanggilmu ibu? Bermimpilah!”

“Hm...tidak... mungkin...” Olivia berusaha keras untuk berbicara, tapi tatapan matanya sangat tegas.

Saat ini....

Itu pukulan telak bagi Samantha.

Dia tidak percaya kalau dia tidak bisa menghadapi sepasang anak berusia lima tahun.

“Hubungan antara saya dan kalian berdua tidak bisa kalian hapus begitu saja.” Samantha berkata sambil menarik pundak Olivia, “Saya sudah memesan tempat untuk makan makanan ringan di hotel bintang lima....ada

eskrim, coklat, dan mousse, kalian pasti akan menyukainya.”

Olivia melawan dan meronta–ronta.

“Saya....tidak!”

“Tidak tahu bersyukur!” Samantha menjadi semakin marah dan mencengkram pundak Olivia semakin kuat lagi : “Saya sudah berbaik hati dan memesankan makanan ringan untuk kalian, kalian malah memalingkan wajah kalian seperti ini? Mau atau tidak mau, kalian harus

ikut denganku kesana hari ini!”

Kuku Samantha panjang dan runcing.

Dan dia bersikukuh, dia tidak menarik Oliver, melainkan Olivia.

Olivia yang ditarik membuat matanya tergenang air mata dan menahan rasa sakit.

“sakit...sakit....

Mendengar rengekan Olivia, Samantha tetap menariknya dengan acuh tak acuh.

Sepasang anak ini bukan anak kandungnya, dia hanya berpura–pura baik kepada mereka, makanya mereka selalu menginjak hingga keatas kepalanya.

Hari ini dia pasti harus mendidik mereka dengan baik.

“Lepaskan adikku!” Oliver melihat Olivia yang tersakiti, segera menarik tangan Samantha, “Dasar wanita beracun! Lepaskan!”

“Oliver, siapa saya? Kenapa kamu berbicara seperti itu kepadaku?”

“Saya tidak peduli kamu siapa!” Oliver yang marah terlihat seperti macam tutul kecil, kemarahan di matanya terlihat semakin jelas, “Kamu menganiaya adikku, saya akan membalasmu!”

Meskipun Oliver baru berusia lima tahun, tapi aura dinginnya seketika terasa.

“Saya tidak menganiaya dia.” Samantha mencibir, “saya hanya sedang mendidik anakku sendiri! Saya adalah ibu kandung kalian! Kalau kalian butuh kasih sayang seorang ibu, tidak perlu mencari wanita lain, saya bisa memberikannya kepada kalian!”

Oliver mendengus pelan.

Detik berikutnya, dia langsung mengigit lengan Samantha.

Oliver mengigitnya dengan kyatm dan langsung membuat lengan Samantha berdarah.

“Oliver, kamu....” Samantha yang merasakan sakitnya gigitan itu langsung melepaskan cengkramannya pada pundak Olivia.

Oliver merasakan bau darah di mulutnya, tapi dia masih mengangkat kepalanya dengan angkuh.

“Saya sudah bilang, jangan sentuh adikku!”

Dia merasa sangat kesal, dan menendang betis Samantha dengan kuat.

Samantha tidak menyangka anak itu akan menendangnya, dan terjatuh ke lantai.

Dan saat Samantha bersiap memaki kedua anak itu, suara seorang pria tua terdengar.

“Oliver, siapa yang mengajarimu seperti ini!”

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.