Bab 149
Bab 149
Bab 149
Samara pergi ke gedung kantor Perusahaan Farmasi Intermega.
Dan baru melangkah masuk ke lobi, dia bertemu dengan Timothy yang mengenakan kemeja ungu tua, berdiri menatap pintu dengan penuh semangat, dan saat melihat dirinya, senyuman di wajahnya merekah lebar.
“Anda sudah datang.” Timothy sudah menunggu sejak tadi dan sangat bersemangat, “Saya sudah mendengar kejadian yang terjadi di Keluarga Gandhi semalam dari Peter, Anda luar biasa!” Property © NôvelDrama.Org.
“Sebenarnya, kamu tidak perlu menungguku didepan pintu seperti ini.” Samara tersenyum dan berkata, “Saya bisa mengakses lift VIP, dan langsung naik keatas
“Mendengar Anda akan kemari, saya tentu saja harus menjemputmu untuk menunjukkan ketulusanku.”
Meskipun Timothy bukan orang yang muram, namun itu tidak berarti dia gampang didekati, melihatnya mengobrol dan tertawa dengan Samara, lalu membawanya menuju lift VIP membuat karyawan yang lewat tercengang.
Setelah pintu lift tertutup, Timothy teringat para karyawannya di lobi tadi dan merasa tergerak.
“Bos, Anda memang sangat merendah, berkorban sampai sedemikian! Saya ini juga hanya orang yang bekerja padamu, kamu lah BOS sebenarnya dari Grup Intermega!”
Samara tersenyum : “Saya tidak merendah, kalaki mengeluarkan kartu raja ku sekarang, permainan akan menjadi membosankan!”
“Saya mengerti.” Timothy menghela nafas, “Hanya saja terkadang saya merasa sangat disayangkan, kamu begitu baik, tapi tidak ada orang yang tahu.”
“Dasar bodoh, kamu sudah bilang….’
“Saya bilang apa?”
“Kamu bilang kamu mengerti.” Samara menepuk bahu Timothy dan tersenyum, “Orang yang mengerti pasti akan mengerti, saya hanya peduli pada orang yang mengerti.”
Timothy tercengang, namun dia tidak merasa heran, ini adalah Samara, terbuka dan tegas. membuat banyak pria mau tidak mau mengakuinya.
Setelah memasuki ruangan Presiden Direktur.
Peter baru sampai, dan sedang berdiri menghadap jendela besar dan menatap kearah jalanan yang berada dibawah kakinya.
Peter berbalik setelah mendengarkan langkah kaki, dan tersenyum. “Komisaris Utama Samara Wijaya, selamat pagi.”
Ini bukan pertama kalinya Samara melihat senyuman Peter, namun ini pertama kalinya dia melihat senyuman itu sangat alami, dan scolah beban yang menyangkut di hatinya sudah lepas.
“Selamat pagi.” Samara berkata, “Direktur Peter.”
Kedua orang itu tersenyum, dan tidak mengatakan apa-apa.
Saat ini, Timothy membuka pintu dan berjalan masuk dengan segelas kopi dan dua kue buatan tangan.
“Bos, sebelum membahas masalah pekerjaan, silahkan coba dulu kopi buatan saya.” Timothy mengangkatnya seperti mengangkat harta karun, sama sekali tidak terlihat seperti dirinya yang
biasa.
Peter berdehem dan bertanya : “Presdir, saya tidak dapat?”
“Kacangnya boleh kamu makan, saya juga bisa meminta sekretaris cantikku untuk membuatkanmu kopi.” Timothy berhenti sejenak lalu mengubah pembicaraannya, “Tapi kopi buatan tanganku hanya untuk Bos.”
“Baiklah, karena itu untuk Komisaris Utama, saya juga tidak akan perhitungan padamu.”
Saat ini, Samara merasa dirinya sangat beruntung, karena memiliki dua orang asisten yang begitu handal dan begitu memanjakannya.
Tiga orang ini bertemu untuk membahas strategi bisnis untuk melawan Perusahaan Farmasi Wijaya milik Heru.
Tujuan Samara sangat sederhana, menggunakan segala macam cara untuk menelan Perusahaan Farmasi Wijaya.
Selama pembahasan, wajah Samara sama sekali tidak tersenyum, bahkan di mata coklatnya itu tersirat aura membunuh yang sangat dalam dan langka.
Setelah pembahasan, Timotius dan Peter juga terlihat serius.
Meskipun perkembangan Perusahaan Farmasi Wijaya tidak sepesat dulu, tapi unta kurus tetap lebih besar dibandingkan kuda, tidak mudah untuk menelan mereka begitu saja.
Saat hendak pergi, Samara tiba-tiba berkata.
Timothy, sekarang saya adalah pemegang kendali di Perusahaan Hiburan Mahkota, Nicky sudah menanda-tangani surat perjanjian denganku.”
Meskipun Timothy dan Peter sudah mengetahui kehebatan Samara, tapi mereka tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut.
Pintu lift wrbuka, dan mereka bertiga yang baru sampai di lobi bertemu dengan Bella yang MENETjang masuk dengan marah.
“Peter! Kamu membohongiku! Kamu berani membohongiku!”